Anies Tetap Menjadi Incaran Pembunuhan

DUA orang pengancam akan menembak Calon Presiden (Capres) Anies Rasyid Baswedan telah diamankan polisi. Keduanya melakukan ancaman lewat media sosial (medsos).

Satu orang Arjun Wijaya Kusumo (AWK) berusia 23 tahun ditangkap polisi di Ambalu, Jember, Jawa Timur. Ia tidak ditahan, tapi dijadikan tersangka Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Sedangkan AN (22), seorang warga Sangata, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur (Kaltim) menyerahkan diri ke polisi, setelah menghapus akun medsosnya. Namun, tetap terlacak oleh Tim Sub Direktorat Siber Direktorat Kriminal Khusus Kepolisian Daerah (Subdit Siber Ditkrimsus Polda) Kaltim.

Setelah dilakukan identifikasi atas profil AN tersebut, polisi langsung menghubungi pihak keluarga dari pemilik akun media sosial Instagram @rifanariansyah ini.

Keduanya masih muda. Anies mengapresiasi kinerja aparat kepolisian yang cepat bertindak. Tentu, kita semua patut mengacungkan jempol kepada jajaran di bawah pimpinan Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo itu.

Keduanya hanya mengancam lewat medsos. Tidak ada keterangan dari polisi apakah mereka ini memiliki senjata api atau alat menembak yang membahayakan Anies.

Kita berharap, semuanya dijelaskan secara terang-benderang, layaknya ketika aparat kepolisian yang menangkap terduga teroris, kemudian menggeledah rumahnya dan menemukan barang yamg mencurigakan.

Bahkan, buku agama sekali pun kerap diangkut dan dijadikan barang bukti. Kalau komputer jinjing (laptop) dan telepon genggang (HP-Handphone) sudah biasa disita aparat kepolisian, khususnya Densus (Detasemen Khusus) 88 dari rumah teroris. Diperlukan guna menelusuri jaringannya.

Nah, terhadap kedua pengancam Anies itu juga perlu ditelusuri, apakah ia hanya bermain-main atau ada jaringan yang menyuruhnya. Ancaman lewat medsos tidak boleh dianggap main-main.

Betul, sepanjang yang kita catat dan ketahui bahwa seorang peneror bom terhadap sebuah gedung, tempat keramaian atau sasaran tertentu, belum pernah benar terjadi melakukannya. Yang pernah ada yaitu tanpa pemberitahuan, seorang teroris dan kelompoknya langsung meledakkan bom pada sasaran yang sudah ditarget. Sebuah hotel mewah di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan misalnya, begitu saja meledak dibom teroris saat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi presiden.

Demikian juga bom Bali. Tidak ada ancaman sebelumnya. Meledak dan ratusan jiwa tewas seketika.

Biasanya, yang terjadi adalah setelah bom meledak, ada pihak yang mengaku bertanggung jawab dan aparat keamanan, terutama kepolisian pun sibuk mengolah TKP (Tempat Kejadian Perkara) dan memburu pelaku yang masih hidup beserta jaringannya.

Kembali kepada ancaman terhadap Anies yang berpasangan dengan Muhaimin Iskandar ini yang tingkat elektabilitasnya terus naik. Sama seperti ulah teroris, rencana pembunuhan terhadap Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ke-27 itu tidak mungkin disampaikan lewat ancaman terlebih dahulu.

Justru semuanya, terutama pasukan pengaman ring satu Anies yang ditugaskan oleh negara, orang kepercayaan, relawan, dan wartawan yang melekat meningkatkan kewaspadaan dan kecurigaan. Apalagi, kampanye terbuka segera dimulai.

Pengamanan terhadap Anies harus semakin diperketat oleh relawan militan. Pengawalan di luar aparat resmi yang ditugaskan negara harus benar-benar selektif.

Sebab, tidak menutup kemungkinan yang berniat jahat atau disuruh menembak Anies adalah orang yang menyamar menjadi relawan, sok dekat dan bersahabat, menjadi wartawan, bahkan berlagak tokoh agama. Hati-hati terhadap wartawan yang diistilahkan menjadi cepu, yang sipil tapi memiliki senjata api resmi. Entah buat apa? Gaya-gayaan, atau tidak percaya diri (PD).

Tingkatkan keamaan terhadap Anies dan Muhaimin. Demikian juga terhadap pasangan nomor urut 2 dan 3.

Tentu, lebih khusus kita soroti pengamanan terhadap Anies yang sejak awal rezim Joko Widodo (Jokowi) berusaha menjegalnya.

Berbagai cara mereka lakukan supaya Gubernur DKI (Daerah Khusus Ibu Kota) Jakarta ke-17 itu gagal menjadi Capres 2024, termasuk memerintahkan agar Firli Bahuri menersangkakannya dalam kegiatan Formula-E yang sukses dan mendapatkan pengakuan dunia. Tetapi, atas izin Allah, Tuhan Yang Maha Esa, malah Firli jadi tersangka dan dicopot dari jabatannya sebagai Ketua KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).

Tingkatkan pengamanan terhadap Anies yang kian hari elektabilitasnya terus meroket dan hampir mendekati angka pasangan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka yang didukung penuh oleh Jokowi, oligarki, para koruptor dan lainnya. Anies orang bersih, jujur, dan anti KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).

Keamanan terhadap Anies harus lebih berlapis. Terlebih lagi ia secara tegas akan menguatkan KPK yang selama ini dilemahkan Jokowi.

Ingat, capres Ekuador, Fernando Villavicencio (59) yang ditembak mati usai melakukan kampanye Pemilu pada Rabu, 9 Agustus 2023. Tersangka penembak meninggal dunia setelah baku-tembak dengan aparat keamanan. Kabarnya, ia ditembak oleh suruhan koruptor dan kartel narkoba. (*)