Jokowi Akan Diadili Mahkamah Rakyat
Rakyat teriak antri minyak goreng, teriak harga daging mahal, teriak harga beras mahal, penguasa dengan pongah, sombong, dan kejam, mengatakan "silakan merebus pisang, silakan makan keong sawah, silakan makan ubi, silakan masak enceng gondok".
Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih
SEJARAH kekuasaan di muka bumi, untuk seorang penguasa tiran yang sadis dan kejam kepada rakyatnya, pada akhir kekuasaan dipastikan akan berakhir tragis.
Rintihan Raja Louis XVI pada akhir kekuasaannya akan dipenggal kepalanya oleh rakyatnya sendiri masih membela diri, sekilas diulang ceritanya oleh DR. Mulyadi dosen politik UI, bahwa:
"Aku akan mati dalam keadaan tak bersalah terhadap semua tuntutan yang diarahkan padaku. Aku memaafkan semua yang bertanggungjawab dalam kematianku”. Di ujung kematiannya masih membela diri.
"Aku berdoa pada Tuhan supaya darah yang akan tumpah ini tidak akan pernah menodai negeri Prancis,” kata Raja Louis XVI sesaat sebelum dipenggal kepalanya.
Ketika masih hendak melanjutkan pidatonya, namun suara drum memotongnya. "Tepat pukul 10:22 pagi, pada tanggal 21 Januari 1793, sang algojo mengayunkan pedangnya dan sang raja pun mati. Si pembantu algojo mengambil kepala raja yang berdarah-darah dan mengangkatnya supaya bisa dilihat orang-orang".
"Awal makna hak konstitusi dan hak Rakyat memenggal kepala Raja". Rakyat yang sudah berkerumun sontak menyahut, "Hidup Negeri ini – Hidup Republik". Lalu beberapa tembakan meletus.
Badan sang raja, termasuk kepalanya, dipindahkan dengan kereta ke pemakaman Madeleine. Setelah upacara keagamaan singkat. Tubuh Louis dilempar ke kuburan yang dalam dengan alas kapur. Kepalanya diletakkan di sebelah kakinya.
Kuburannya lalu diisi dengan tanah dan ditutup dengan lapisan kapur. Pada Januari 1815, sisa-sisa tubuh Louis XVI dan kepalanya dipindahkan ke basilika Santo Denis.
Apa belum cukup pelajaran dari Soekarno dan Soeharto di mana keduanya memiliki kekuasaan yang sangat besar tapi tetap saja harus terhina di ujung hidupnya.
Sepuluh tahun Presiden Joko Widodo gagal mensejahterakan rakyatnya, bahkan karena ketidak- mampuannya mengelola negara hanya mengandalkan hutang, di mana-mana terjadi kekejaman kepada rakyat berdalih untuk investasi.
Rakyat itu tidak buta dan tuli, Jokowi hanya ingin memenuhi kemauan, kehendak dan memenuhi rakusnya Oligarki pada era kapitalis dan penjajahan baru saat ini telah mengabaikan hak-hak hidup rakyat, bahkan menimbulkan dan menyiksa kepada rakyatnya.
Rakyat teriak antri minyak goreng, teriak harga daging mahal, teriak harga beras mahal, penguasa dengan pongah, sombong, dan kejam, mengatakan "silakan merebus pisang, silakan makan keong sawah, silakan makan ubi, silakan masak enceng gondok".
Dosa apa lagi yang lebih besar jika rakyat dibuat miskin, kemudian kalau mereka teriak ditanggapi dengan hinaan. Melawan kekuasaan, tidak nasionalis, rasis, ketika rakyat hanya meminta keadilan dan kebutuhan perut bisa terisi untuk bisa bertahan hidup.
Cepat atau lambat rakyat akan melawan dan mahkamah pengadilan rakyat akan mengadili Jokowi kalau tidak hati hati dan tetap kejam dan sadis kepada rakyatnya. (*)