Setelah 80 Tahun, Keturunan Pejuang Aktifkan Kembali “Barisan Pelopor”

Jakarta, Freedom News – Fakta sejarah, pada tanggal 15 Agustus 1944, Bung Karno membentuk sebuah organisasi yang kemudian dikenal sebagai Barisan Pelopor. Pada awalnya pengurus dari organisasi ini adalah terdiri dari Bung Hatta selaku Penasehat, Bung Karno selaku Ketua Umum, dan Sudiro selaku Ketua Harian.

Organisasi ini bertujuan untuk mempercepat tercapainya kemerdekaan, Bung Karno dan Bung Hatta menanamkan nilai-nilai Luhur kepada para anggota Barisan Pelopor dalam bentuk pendidikan yang mengajarkan Nasionalisme, Ideologi, dan Kebangsaan.

Barisan Pelopor yaitu pelaksana kegiatan Proklamasi, mulai dari pengumpulan massa di Lapangan IKADA, pemindahan massa tersebut ke Jalan Pegangsaan Timur (kini Jalan Proklamasi) Nomor 56 dan pelaksanaan acara Proklamasi.

“Seiring dengan perkembangannya, maka jumlah pengurus menjadi bertambah besar dan jumlah anggotanya berhasil mencapai sekitar 1 (satu) juta orang (menurut Dinas Informatika dan Statistik Pemprov DKI Jakarta 1995-2020) yang tersebar di banyak daerah di Indonesia,” kata Tanto Sudiro.

Menurut Ketua Umum DPP Barisan Nasional itu, kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan oleh Barisan Pelopor setelah Proklamasi 17 Agustus 1945 ini, yaitu Pembentukan Pasukan Penjaga Kemananan Presiden dan Wakil Presiden pada tanggal 18 Agustus 1945, arak-arakan Raksasa 31 Agustus 1945 dan rapat Raksasa 19 September 1945 di Lapangan IKADA Jakarta.

“Organisasi ini kemudian lambat laun mulai surut setelah Indonesia berhasil mengusir penjajah pada tahun 1949,” lanjut putera pejuang Sudiro itu.

Eksistensi perjuangan Barisan Pelopor yang singkat ditambah dengan sikap tidak menonjolkan diri atas jasa yang dilakukan mengakibatkan minimnya literatur, publikasi dan kisah-kisah heroik yang dilakukan, sehingga organisasi ini menjadi cepat terlupakan seiring dengan berjalannya waktu.

Namun kini Nilai-nilai Luhur tersebut telah memudar, khususnya pada generasi muda. Untuk itulah, Barisan Pelopor melantik kepengurusan baru setelah diaktifkan kembali. Tanto Sudiro didaulat sebagai Ketua Umum DPP Barisan Pelopor dengan Sekretaris Jenderal R.M.E. Tjokrosantoso. Kepengurusan dilantik pada Kamis, 15 Agustus 2024.

“Keadaan ini membuat kami para keturunan anggota Barisan Pelopor berkumpul pada akhir tahun 2016, dan selanjutnya, saya, Tanto Sudiro selaku putera dari Sudiro yang dulunya Ketua Harian Barisan Pelopor, bergabung dengan Witjaksono Moewardi (telah meninggal dunia) selaku putera dari dr. Moewardi yang kemudian dilanjutkan oleh Dr. drg. Tienke selaku cucu dari dr. Moewardi, Ari Suhud selaku putera alm. Suhud yang mengerek Bendera Merah Putih saat Proklamasi dan R.M.E. Tjokrosantoso (Bung Tjokro) selaku putera dari Jojo Tjokrosantoso (alm. Jojo Tjokrosantoso selaku anggota Barisan Pelopor. Untuk meneruskan perjuangan dan cita-cita para leluhur maka Keluarga Barisan Pelopor mendukung kegiatan-kegiatan pembinaan dalam bidang Nasionalisme, Ideologi, dan Kebangsaan pada generasi muda,” ungkap Tanto Sudiro.

“Organisasi ini diaktifkan kembali dan diresmikan pada tanggal 15 Agustus 2024, tepat 80 (Delapan Puluh) tahun sejak dibentuknya Barisan Pelopor oleh Bung Karno pada tanggal 15 Agustus 1944,” lanjut Tanto Sudiro kepada Freedom News, Kamis (15/8/2024).

Organisasi ini dibentuk dengan tujuan mewujudkan persatuan anggota keluarga Barisan Pelopor dalam rangka meneruskan cita-cita leluhur para anggota Barisan Pelopor tahun 1944 dalam bentuk tercapainya nasionalisme, dan melestarikan nilai-nilai perjuangan bangsa pada generasi muda.

Barisan Pelopor

Barisan Pelopor adalah organisasi semimiliter pertama bentukan Jepang yang dipimpin langsung oleh kaum nasionalis Indonesia. Pemimpin Barisan Pelopor yang ditunjuk Jepang adalah Soekarno, dengan wakilnya RP Suroso, Otto Iskandar Dinata, dan dr. Buntaran Martoatmodjo.

Melansir dari Kompas.com (2/2/2023), Barisan Pelopor dibentuk pada 1 November 1944. Setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada 16 Desember 1945, organisasi ini diubah namanya menjadi Barisan Banteng.

Memasuki tahun 1944, posisi Jepang semakin mengkhawatirkan karena satu demi satu daerah pendudukannya jatuh ke tangan Sekutu. Dalam kondisi seperti itu, pemerintah Jepang membentuk beberapa barisan semimiliter lagi, Barisan Pelopor atau Suishintai salah satunya.

Barisan Pelopor dibentuk sebagai hasil sidang ketiga Chuo Sangi In (Dewan Pertimbangan Pusat). Jepang membentuk Barisan Pelopor sebagai upaya memperdalam keinsafan dari rakyat terhadap kewajibannya dan membangunkan persaudaraan segenap rakyat.

Dapat dikatakan bahwa tujuan Barisan Pelopor adalah menyatukan seluruh penduduk Indonesia untuk bersama-sama membantu Jepang dalam menggiatkan usaha mempertahankan tanah air dari serangan musuh.

Barisan Pelopor dipimpin oleh Soekarno, dengan wakilnya RP Suroso, Otto Iskandar Dinata, dan dr. Buntaran Martoatmodjo.

Selain itu ada dr. Moewardi sebagai pimpinan Barisan Pelopor cabang Jakarta. Jumlah anggota organisasi ini diperkirakan mencapai 60.000 orang. Barisan Pelopor merupakan bagian dari Jawa Hokokai yang keanggotaannya mencakup seluruh pemuda, baik yang terpelajar maupun tidak.

Keanggotaan yang heterogen diharapkan menumbuhkan semangat solidaritas, sehingga timbul ikatan emosional dan semangat kebangsaan yang tinggi. Para pemuda Barisan Pelopor dilatih dalam pelatihan-pelatihan militer, meskipun hanya menggunakan peralatan sederhana seperti senapan kayu dan bambu runcing.

Melalui organisasi ini, pemuda terpelajar dari Jawa Hokokai terjun dalam kegiatan-kegiatan di antara rakyat.

Sebaliknya, pemuda-pemuda tidak terpelajar atau mereka yang berasal dari golongan bawah dan berpendidikan rendah, termasuk pengangguran, dapat menyesuaikan diri dengan pemuda terpelajar untuk bersama-sama mengobarkan semangat nasionalisme dan rasa persaudaraan.

Anggota Barisan Pelopor juga dikerahkan untuk mendengarkan pidato dari pemimpin-pemimpin nasionalis dan dianjurkan meneruskan pidato tersebut kepada rekannya yang tidak hadir.

Di samping itu, mereka dilatih menggerakkan massa rakyat, memperkuat pertahanan, dan hal-hal yang berhubungan dengan kesejahteraan rakyat.

Barisan Pelopor Istimewa

Di dalam Barisan Pelopor, dibentuk Barisan Pelopor Istimewa yang juga bagian dari Jawa Hokokai. Organisasi ini di bawah pimpinan Sudiro, yang tidak lain adalah pengawal dan utusan pribadi Bung Karno.

Anggota Barisan Pelopor Istimewa terdiri dari sekitar 100 orang pemuda yang dipilih dari beberapa asrama pemuda, terutama Asrama Menteng 31 Jakarta.

Di antara anggota organisasi ini, yakni Supeno, DN Aidit, Djohar Nur, Asmara Hadi, Sidik Kertapati, dan Inu Kertapati.

Pada masa proklamasi kemerdekaan Indonesia, Barisan Pelopor memiliki peran yang sangat vital. Anggota organisasi ini ada yang menyiapkan tiang bendera, terlibat dalam pengamanan Soekarno-Hatta, dan mengurusi hal-hal teknis lainnya.

Setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada 16 Desember 1945 organisasi ini diubah namanya menjadi Barisan Banteng Republik Indonesia (BBRI). Akan tetapi, tidak semua anggota Barisan Pelopor masuk menjadi anggota BBRI. (*)

Mochamad Toha, Bunayya Saifudin