Jokowi Menebar Teror

Apakah kekuatan Jokowi pada posisi segalanya tidak bisa dihentikan dan super digdaya. Tentu saja tidak, karena kekuatan rakyat yang merasakan kekuasaan sudah menyimpang dan membahayakan kehidupan negara.

Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih

"KEMENANGAN diraih bukan dengan banyaknya musuh yang berhasil dibunuh melainkan dengan banyaknya musuh yang berhasil dibuat ketakutan".

Teror cara paling hakiki melumpuhkan kemampuan orang untuk melawan dan menghancurkan kemampuan mereka untuk merencanakan respon strategis.

Kuasa ini bisa diraih melalui tindakan ancaman dan kekerasan yang sporadis untuk menciptakan perasaan terancam terus-menerus, melahirkan rasa ketakutan maksimal yang menyebar ke publik.

Joko Widodo melakukan pukulan terhadap lawan koalisi Capres – Cawapres secara acak, polanya seperti tidak kelihatan mengganti atau mencopot semua pejabat negara yang melawan arah politik padanya. Menutup sumber keuangan dan membuka kasus bagi mereka yang berpotensi memiliki kasus yang selama ini diamankan.

Yang berpotensi akan menjadi korban berikutnya akan ketakutan apabila melawan Jokowi. Di sisi lain Jokowi sendiri dalam ketakutan apabila sampai Gibran Rakabuming Raka kalah dalam Pilpres 2024, boroknya akan terungkap semuanya.

Penggunaan teror berlaku efektif, dengan tindakan dan ancaman copot jabatan. Untuk merusak pemikiran dan ketidak pastian. Kelompok sasaran harus menyerah dan ketakutan.

Bahkan, ketakutan tersebut telah menyebar untuk Pj para Gubernur, Walikota/Bupati, dengan wewenang penuh oleh Mendagri atas perintah dan persetujuan Presiden untuk mengganti kapan saja setiap saat apabila tidak loyal pada perintah atasannya.

Tugas utama mereka adalah menyukseskan Capres – Cawapres yang harus dimenangkan oleh Jokowi.

Jokowi sangat menjaga keadaan yang rentan adalah pengamanan orang-orang di sekelilingnya, termasuk pengamanan jabatan keamanannya baik Polri-TNI, mutlak tidak boleh lemah sepenuhnya harus dalam pengawasan dan kendalinya. Bersama para Oligarki dan sangat mungkin bersama RRC untuk menjaga keamanannya.

Inti teror, menciptakan ketakutan yang mendalam, yang sangat menguasai, sampai tidak ada kekuatan yang sanggup mengelola dan menyingkirkannya secara normal.

Faktor dominan bukan hanya faktor kekuasaan Jokowi sebagai kepala negara, tetapi juga faktor kekuasaan kepemilikan finansial yang jauh hari sudah dalam kondisi siap untuk mengatasi dan mengendalikan segala ancaman apapun yang terjadi .

Teror sesungguhnya adalah perang urat saraf. Untuk melawan, korban teror tidak boleh larut dalam ketakutan. Harus mampu membuat strategi tandingan yang efektif dan pertahan harus tetap rasional sebagai garis depan pertahanannya.

Apakah kekuatan Jokowi pada posisi segalanya tidak bisa dihentikan dan super digdaya. Tentu saja tidak, karena kekuatan rakyat yang merasakan kekuasaan sudah menyimpang dan membahayakan kehidupan negara.

Teror Jokowi bisa dimusnahkan dan dihentikan mendadak oleh rakyat sebagai pemilik kekuasaan yang sesungguhnya

Capres Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan harus memiliki komitmen untuk bersama yang kuat Pilres 2024 benar-benar sebagai pesta demokrasi rakyatnya. Apabila sampai terjadi huru-hara kerusuhan akibat Pilpres curang, maka kerusakan bahkan kehancuran negara sebagai taruhannya.

"Jokowi pun sesungguhnya dalam ketakutan karena "tidak ada nasib yang lebih buruk dari pada terus menerus dijaga. sebab hal itu berarti engkau takut" (Julius Caesar). (*)