Hisab Umat Islam Disembunyikan

Oleh: Luthfi Bashori, Pengasuh Pesantren Ilmu Al-Quran dan Pesantren Ribath Almurtadla, Singosari – Malang

RAHMAT dan kasih sayang Nabi Muhammad SAW kepada umatnya sangatlah besar, di antaranya beliau SAW selalu ingin memonitori perilaku setiap orang yang mengaku sebagai umatnya. Hingga suatu saat beliau SAW memohon kepada Allah agar hisab terhadap umatnya hanya dilakukan di intern umatnya saja, hingga tidak dipermalukan di depan umat-umat para nabi lainnya.

Allah SWT mengabulkan permohonan beliau SAW, bahkan diberi yang lebih dari itu, yaitu kelak Allah akan menghisab mereka hanya antara Allah dan mereka saja, agar Nabi Muhammad SAW tidak malu kepada Allah karena ulah umatnya.

Sebagaimana diketahui, bahwa Nabi Muhammad SAW itu adalah figur orang nabi yang sangat pemalu, bahkan lebih malu daripada perawan yang ada dalam pingitan.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Aku memohon kepada Allah SWT, agar Dia menjadikan (memperlihatkan) hisab umatku kepadaku, agar tidak memalukan di kalangan umat-umat lain. Lalu Allah ’Azza wa Jalla menurunkan wahyu kepadaku, ‘‘Hai Muhammad Aku-lah yang akan menghisab mereka, jika di antara mereka ada yang berbuat kekeliruan, maka aku tutup kekeliruan itu demi engkau, agar tidak memalukanmu.” (HR. Addailami).

Dosa umat Islam kepada Allah SWT, apalagi di jaman sekarang bisa dikatakan sangat berjibun, dan bahkan berapa banyak para pemimpin beragama Islam, namun sangat jauh perilakunya dari ajaran Islam. Baik itu para pemimpin di negara yang mayoritas berpenduduk muslim, tapi mereka pimpin urusan negara dengan sistem sekuler yang jauh dari penerapan syariat dalam kehidupan sehari-hari.

Maupun, berapa banyak tokoh-tokoh Islam, namun dengan ketokohan yang diangkat masyarakat sebagai panutan tersebut, justru tidak memberi keteladanan kepada umat Islam, untuk dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah, dan tidak jarang pula para tokoh itu terbawa arus pemikiran liberal, yang mengingkari ajaran para ulama Salaf Aswaja.

Tidak jarang pula mereka mencari jalan sendiri tanpa mengindahkan ajaran syariat Islam yang telah digariskan para ulama shalih ahli ijtihad dalam memahami ayat-ayat Al-Quran dan Hadits Nabawi.

Kemudian, bagaimana dengan kondisi umat Islam di kalangan masyarakat awamnya? Realitanya, di antara mereka ada yang menjadi semacam ahli permainan kuda lumping, bantengan, reog dan juga sejumlah permainan yang cara bermainnya itu bersekutu dengan bangsa jin untuk merasukinya. Yang jelas hukumya haram, bahkan bisa terjerumus ke dalam kemusyrikan.

Ada juga yang menjabat sebagai anggota legislatif, eksekutif, dan yudikatif namun kerjanya justru mengkhianati kepentingan umat Islam. Ada yang mengaku sebagai umat Nabi Muhammad SAW, namun enggan beribadah kepada Allah, padahal beliau SAW sangat gencar mengajari umatnya agar rajin dan beristiqamah dalam beribadah kepada Allah.

Belum lagi betapa banyak dari kalangan umat Nabi Muhammad SAW yang melakukan pelanggaran syariat dan perilaku maksiat, baik maksiat fisik yang bersifat terang-terangan dan dilakukan di depan publik, maupun perilaku maksiat yang sengaja disembunyikan pelaku, padahal Allah Maha Tahu terhadap segala sesuatu, termasuk apa yang disembunyikan dalam hati umat Islam. (*)