Mengapa Anies Baswedan Cocok dengan Ramalan Jayabaya?

Dengan mencermati dan menganalisa acara Desak Anies itu, Gubernur DKI Jakarta (2017-2022) ini sudah penuhi siapa sosok yang membawa senjata Trisula Wedha yang dipercaya sebagai sebuah kiasan: ilmu, amal, dan iman, atau bumi, langit, dan isinya, atau kiri, kanan, dan tengah.

Oleh: Mochamad Toha, Wartawan Freedom News

JANUARI 2024 ini Ramalan Jayabaya mulai ada yang menulis dalam bentuk berita atau feuture. Terutama soal ramalannya tentang kondisi sosial politik terkait dengan Pemilu dan Pilpres 2024. Siapakah sosok Satria Piningit yang dimaksud dalam ramalan Raja Kediri ke-4 yang memerintah pada tahun 1135 – 1159 Masehi tersebut?

Salah satunya yang ditulis Okezone, Senin (08 Januari 2024 14:15 WIB). Pada pemerintahan Jayabaya, Kediri mengalami masa kejayaan. Raja Jayabaya dikenal dengan ramalannya yang disebut Jangka Jayabaya.

Ramalan ini berisi tentang keadaan sosial, politik, hingga bencana yang mungkin akan terjadi.

Jayabaya meramalkan jika nantinya Pulau Jawa akan terbelah menjadi dua. “Pulo Jawa pecah dadi loro, wong Jawa kari separo” bunyi ramalan itu, yang berarti “Pulau Jawa akan terbelah jadi dua, orang Jawa tinggal separuh”.

Mengutip Okezone, masyarakat Jawa meyakini berkaitan erat dengan Gunung Slamet yang berada di Jawa Tengah.

Gunung Slamet terletak di lima kabupaten yaitu, Kabupaten Brebes, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Pemalang. Gunung Slamet adalah gunung aktif yang dapat erupsi sewaktu-waktu.

Letusan terakhir Gunung Slamet terjadi pada 17 September 2014 silam. Berdasarkan ramalan ini, nanti apabila Gunung Slamet erupsi besar, maka bisa membuat parit sebesar selat yang langsung menyatukan Laut Jawa dan Samudera Hindia.

Bagaimana dengan Ramalan Jayabaya tentang calon Presiden ke-8 Indonesia. Pasalnya, banyak orang yang menghubungkan ramalan-ramalan Jayabaya itu dengan peristiwa-peristiwa tertentu, termasuk pemilihan umum (pemilu).

Namun, penting untuk diingat bahwa interpretasi ramalan adalah subjektif dan bisa dipercaya maupun tidak. Kemudian apa ramalan Jayabaya tentang Calon Presiden ke-8 Indonesia?

Ramalan yang tertuang dalam beberapa naskah tersebut menggambarkan akan terjadinya bencana besar yang memakan banyak korban jiwa. Di tengah masa sulit inilah kemudian muncul seorang Satria Piningit.

Lebih lanjut lagi, sosok Satria Piningit digambarkan memiliki badan manusia dengan paras bak Batara Kresna. Ia juga akan berwatak seperti Baladewa dengan senjata Trisula Wedha.

Satria Piningit ini berwujud seperti kita manusia biasa, tetapi sejatinya beliau adalah dewa. Untuk mengetahui sejatinya seseorang tidaklah mudah, kecuali sesamanya atau lebih tinggi derajatnya. Itulah yang menyebabkan munculnya Satria Piningit.

Sementara itu, senjata Trisula Wedha yang dibawa oleh Satria Piningit dipercaya sebagai sebuah kiasan. Senjata tersebut secara garis besar memiliki tiga makna yang dijadikan satu, seperti ilmu, amal, dan iman, atau bumi, langit, dan isinya, atau kiri, kanan, dan tengah.

Selain itu, Presiden yang terpilih pada 2024 tidak akan sampai berakhir hingga masa jabatannya mendatang. Nantinya akan digantikan oleh “sosok dewa” yang memiliki sifat sejati.

Dalam ramalannya itu, yakni akan semakin memanas politik disebabkan ada pemilu 2024. Salah satunya ada raja yang tidak menepati janjinya sehingga hilang wibawanya.

Kemudian banyak peperangan karena pejabatnya banyak salah paham. Penjahat banyak berkuasa dan orang baik makin sedikit. Serta pemimpin negara banyak yang tidak konsisten.

Harap diingat bahwa ramalan-ramalan ini bersifat kuno dan tergantung pada terjemahan serta interpretasi yang berbeda-beda. Tidak semua orang percaya pada keakuratan atau relevansi ramalan-ramalan tersebut dalam konteks zaman modern.

Namun, jika dicermati narasinya, tidaklah sedikit apa yang diramalkan itu memang benar adanya. Misalnya, dalam ramalannya itu, yakni akan semakin memanas politik disebabkan ada pemilu 2024. Salah satunya “ada raja yang tidak menepati janjinya” sehingga hilang wibawanya.

Kemudian banyak peperangan karena pejabatnya banyak salah paham. Penjahat banyak berkuasa dan orang baik makin sedikit. Serta “pemimpin negara banyak yang tidak konsisten”. Narasi dalam Ramalan Jayabaya ini tidak terbantahkan.

Bagaimana seorang Presiden Joko Widodo yang pernyataannya berubah-ubah dalam menyikapi politik cawe-cawe. Semula bilang, tidak akan cawe-cawe dalam Pilpres 2024, kemudian terpaksa dia cawe-cawe dengan dalih ingin “menyelamatkan” bangsa dan negara.

Demi hasrat politiknya untuk melanjutkan kekuasaan, Jokowi melalui iparnya yang saat itu menjadi Ketua MK Anwar Usman, melalui putusan MK Nomor 90 Tahun 2023, putera sulungnya yang masih menjadi Walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka, menjadi Cawapres Prabowo Subianto, sehingga bisa ikut kontestasi Pilpres 2024.

Teranyar, dengan dalih untuk menjawab pertanyaan wartawan terkait beberapa menteri yang ikut kampanye yang diduga mendukung paslon Prabowo – Gibran, Jokowi menjawab, Presiden boleh kampanye dan mendukung paslon.

Padahal, beberapa bulan sebelumnya, Jokowi meminta agar pejabat dan ASN bersikap netral terkait Pilpres 2024. Tentunya, sikap Jokowi itu jelas untuk mendukung Gibran yang berpotensi menjadi Presiden jika Prabowo tidak bisa melanjutkan tugasnya sebagai Presiden Terpilih nanti.

Inilah yang dicatat dalam beberapa naskah Ramalan Jayabaya yang menggambarkan akan terjadinya “bencana besar” yang memakan banyak korban jiwa. Bayang-bayang kecurangan pilpres sudah di depan mata karena Jokowi memaksakan Gibran yang “belum dewasa” menang Pilpres 2024.

Di tengah masa sulit inilah, sesuai dengan Ramalan Jayabara, muncul seorang Satria Piningit. Siapakah sosok yang dimaksud Jayabaya tersebut?

Seperti disebutkan sebelumnya, sosok ini membawa senjata Trisula Wedha yang dipercaya sebagai sebuah kiasan. Senjata tersebut secara garis besar memiliki tiga makna yang dijadikan satu, seperti ilmu, amal, dan iman, atau bumi, langit, dan isinya, atau kiri, kanan, dan tengah.

Dari ketiga paslon, yaitu: paslon 01 Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar, 02 Prabowo Suboanto – Gibran Rakabuming Raka, dan paslon 03 Ganjar Pranowo – Mahfud MD, tampaknya hanya Anies yang mendekati kiasan senjata Trisula Wedha seperti Ramalan Jayabaya tersebut.

Simak saja link program Desak Anies di kanal YouTube sekarang juga. Cermati dan perhatikan. Tidak ada satupun pertanyaan dan pernyataan dari penanya/peserta yang tak dijawab oleh Anies. Semua dijawab dan dicarikan solusinya jika memang ada suatu persoalan.

Bagaimana dengan capres yang lainnya? Silakan pembaca yang menilainya. Makanya, acara Desak Anies sering dinantikan, terutama oleh Gen Z yang ingin tahu masa depannya jika Anies – Muhaimin terpilih jadi Presiden dan Wakil Presiden 2024.

Dengan mencermati dan menganalisa acara Desak Anies itu, Gubernur DKI Jakarta (2017-2022) ini sudah penuhi siapa sosok yang membawa senjata Trisula Wedha yang dipercaya sebagai sebuah kiasan: ilmu, amal, dan iman, atau bumi, langit, dan isinya, atau kiri, kanan, dan tengah.

Setidaknya ada lima alasan mengapa Anies Baswedan cocok dengan Ramalan Jayabaya, yaitu:

Pertama; Hubungan dengan Api Nusantara: Huruf "An" dalam nama Anies Baswedan dikaitkan dengan "Api Nusantara" dalam Ramalan Jayabaya, menunjukkan kesesuaian dengan prediksi tersebut.

Kedua; Keturunan dari Sabdo Palon: Kedekatan Anies Baswedan dengan keturunan Sabdo Palon menambah elemen mitologis yang diinginkan dalam Ramalan Jayabaya.

Ketiga; Arti Nama yang Positif: Nama "Baswedan" yang berarti "cayaha matahari" mencerminkan simbol kecerahan dan kebijaksanaan, yang sesuai dengan citra pemimpin dalam ramalan.

Keempat; Pendidikan dan Intelektualitas: Anies Baswedan dikenal sebagai intelektual dengan latar belakang pendidikan yang kuat, menjadikannya kandidat yang mampu membawa visi dan pemikiran segar dalam kepemimpinan.

Kelima; Potensi Kandidat Unggulan: Semua elemen ini membuat Anies Baswedan menjadi kandidat yang memiliki potensi dalam Ramalan Jayabaya untuk kepemimpinan Indonesia.

Kalaupun masih ada lembaga survei yang tetap rajin mengunggulkan paslon Prabowo – Gibran, mungkin patut dipertanyakan akurasinya.

Lihat saja video viral kampanye paslon 02 di Jombang beberapa waktu lalu dan Deklarasi Pemuda Sumenep untuk Gibran yang hanya dihadiri peserta deklarasi saja. Tidak tampak sama sekali ada rakyat yang hadir dalam deklarasi tersebut.

Bandingkan dengan kehadiran Anies Baswedan maupun pasangannya Muhaimin Iskandar dalam setiap kampanyenya. Nyaris tidak ada celah kosong area yang tidak dipenuhi rakyat.

Makanya, jika tidak ingin ada goro-goro terkait Pilpres 2024 seperti Ramalan Jayabaya, janganlah halangi rakyat untuk memilih Anies – Muhaimin. Apalagi dengan manipulasi suara seperti upaya pencurangan agar Gibran terpilih dan menang dalam Pilpres 2024. (*)