Kemunculan Pratanda, Joko Widodo Memilih Takdir "Apes"

Mereka yang berada di kawasan tersebut pada waktu tertentu dan memiliki simpanan Tabungan Energi Negatif (TEN) akan terjadi hukum tarik-menarik sebagai pemicu semakin mendekatnya garis nasib apes atau sial yang akan terjadi.

Oleh: Hamka Suyana, Pengamat Kemunculan Pratanda

TAKDIR itu ada 2 macam, yaitu Mubram dan Muallaq. Takdir Mubram adalah kepastian Allah yang bersifat sangat rahasia. Tidak ada manusia yang mengetahui Takdir Mubram yang akan terjadi pada dirinya, misalnya, jodoh, rezeki, mati. Takdir Mubram bisa diketahui setelah terjadi.

Sedangkan Takdir Muallaq adalah takdir pilihan. Manusia diberi keleluasaan oleh Allah untuk memilih garis nasib yang diinginkan. Manusia berikhtiar dan Allah menetapkan menjadi takdir.

Meskipun Takdir Muallaq tetap menjadi rahasia Allah, tetapi isyaratnya atau pratandanya sudah dimunculkan oleh Allah melalui sinyal bahasa dari alam bawah sadar orang yang bersangkutan.

Takdir Muallaq yang baik atau takdir buruk yang akan dialami seseorang tersebut, terjadi karena terpenuhinya 3 syarat, yaitu: Tempat, Waktu, Pelaku.

Apabila salah satu syarat tidak terpenuhi, maka akan terjadi perubahan takdir dari takdir A akan berubah menjadi takdir B.

Tentang ketiga syarat terjadinya Takdir Muallaq berlaku untuk semua orang, termasuk Presiden Joko Widodo, para pejabat dan konglomerat pemilik Tabungan Energi Negatif (TEN) yang hadir pada pelaksanaan upacara kenegaraan Peringatan Detik-Detik Proklamasi di IKN Nusantara pada tanggal 17 Agustus 2024.

Ketiga syarat terjadinya Takdir Muallaq yang dimaksud adalah:

Satu; Tempat adalah bumi tempat berpijak di lapangan upacara, halaman Istana IKN. Dua; Waktu adalah hari Sabtu tanggal 17 Agustus 2024. Tiga; Pelaku adalah para pejabat dan konglomerat pemilik saldo Tabungan Energi Negatif (TEN).

Permukaan bumi, yang secara kasat mata hanya berupa hamparan tanah tidak bernyawa, tetapi sesungguhnya, setiap jengkal tanah dan air (sungai, danau dan laut), ada pengaruhnya terhadap garis nasib, manusia yang berada di atasnya.

Andaikata bisa dilihat, sesungguhnya pada setiap jengkal tanah dan air yang terhampar di bumi, mirip Layar Sentuh Android yang penuh dengan simbol menu pilihan aplikasi. Dan, setiap simbol merupakan pintu masuk untuk eksplorasi aplikasi yang tersimpan di dalam pesawat android.

Demikianlah analogi yang paling pas untuk menggambarkan tentang Takdir Muallaq yang akan dialami seseorang karena berada di suatu tempat, pada waktu tertentu, dan bertemu dengan siapa.

Dengan mengacu pada teori ini, Kawasan IKN yang dibangun Presiden Joko Widodo, bagaikan satu layar sentuh android takdir bagi para pejabat dan konglomerat yang hadir pada upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI, tanggal 17 Agustus 2024.

Membangun sebuah kota yang akan menghadirkan berkah atau justru akan mengundang musibah, tergantung dari latar belakang niat penggagasnya.

Jika membangun kota dilatarbelakangi niat tulus yang muncul dari Nurani dengan tujuan yang mulia karena sudah menjadi kebutuhan rakyat, niscaya Allah akan menurunkan berkahnya.

Namun jika membangun kota hanya mengikuti gejolak hawa Nafsu, bisa dipastikan kota tersebut akan menjadi pusat munculnya masalah pengundang musibah.

Setelah mengikuti perkembangan proses pembangunan IKN, totalitas hanya mengikuti hawa Nafsu. Karenanya, tanda-tanda atau pratanda bahwa IKN akan menjadi pengundang musibah, sudah bisa muncul pratandanya pada sosok patung Garuda.

Pembangunan Istana Garuda, yang kabarnya menelan anggaran Rp 2 triliun, didesain oleh Nyoman Nuarta yang diproyeksikan akan menjadi patung Garuda Pancasila terbesar yang diharapkan akan menjadi ikon IKN Nusantara.

Namun faktanya, patung kerangka besi tersebut, sama sekali tidak menunjukkan ciri-ciri sebagai lambang negara Garuda Pancasila. Yang tampak adalah sosok bangunan hitam melengkung dan memanjang, tanpa ekor, tanpa kaki (cakar), dan tidak tampak leher yang jenjang.

Patung kerangka besi hitam itu lebih mendekati ilustrasi hewan kaluang (kelelawar besar) dibanding ilustrasi sosok burung garuda.

Penampakan patung kaluang hitam di belakang bangunan Istana Presiden di IKN Nusantara merupakan isyarat halus yang mengabarkan kepada alam bahwa energi vibrasi negatif akan memancar dari bangunan yang beraroma mistis itu.

Mereka yang berada di kawasan tersebut pada waktu tertentu dan memiliki simpanan Tabungan Energi Negatif (TEN) akan terjadi hukum tarik-menarik sebagai pemicu semakin mendekatnya garis nasib apes atau sial yang akan terjadi.

Itulah kemunculan pratanda Presiden Joko Widodo. Pikiran Sadar ingin menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan upacara kenegaraan tanggal 17 Agustus 2024 adalah unjuk kemampuannya dalam kepemimpinan, tetapi Pikiran Bawah Sadar telah bekerja untuk melengkapi syarat terjadinya Takdir Muallaq yaitu tempat, waktu, pelaku. (*)