Hubungan Habaib, PIQ dan Ribat Almurtadla (Singosari)

Oleh: Luthfi Bashori, Pengasuh Pesantren Ribath Al-Murtadla Al-Islami Singosari, Malang

NASEHAT untuk Para Santri dan Alumni. Perlu kalian ketahui... !!!

Di antara penasehat Abah Bashori Alwi, di saat merintis pembangunan PIQ (Pesantren Ilmu al-Quran) adalah Hb. Zen bin Ahmad Ba'abud, yang rumahnya di seberang jalan PIQ-2 (barat jalan), yang sekarang jadi toko busana muslim Wadimor dan toko jamu.

Dulu, setiap pengajian rutin Abah Bashori pada hari Ahad pagi, maka yang diminta untuk memimpin doa oleh Abah Bashori itu adalah Hb. Zen bin Ahmad Ba'abud, kakeknya Sayyid Zen bin Abdullah bin Zen Ba'abud, Lawang (alumni Ribath).

Bahkan Hb. Zen bin Ahmad Ba'abud itu adalah sahabat karib dari Kakek saya, Alwi Murtadla, pemilik tanah yang dibangum PIQ di atasnya.

Sedangkan pendukung utama di saat pendirian Ribath Almurtadla adalah Hb. Muhammad Bagir Mauladdawilah, Malang. Beliaulah orang yang pertama kali menyumbang pasir 2 truk, batu bata 1000 biji, dan semen sekian sak untuk memulai pembangunan Ribath Almurtadla di era 1995.

Perlu diingat pada setiap 12 Rabiul Awwal, hari besar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, pasti Ribath dan PIQ mengundang hadir para habaib dari Sadah Ba'alawi bahkan penceramahnya juga dari kalangan Habaib, karena Majelis Maulid Singosari itu saya rintis bersama Hb. Muhammad bin Ali bin Agil.

Saya pribadi juga sudah membagi acara besar kepesantrenan sebagai berikut:

1.Acara rutin Maulid Nabi (SAW), maka penceramahnya selalu dari Sadah Ba'alawi; 2.Acara Haul Abah Bashori dan Ibunda Qomariyah Abdul Hamid, penceramahnya selalu dari kalangan para Kyai Muhibbin.

3.Acara Haflah Akhir Sanah, bersama para Wali Santri; 4.Acara Ulang Tahun PIQ, bersama para santri dan alumni.

Maka siapa saja yang menisbatkan diri kepada PIQ dan Ribath Almurtadla, ternyata ikut memusuhi para Habaib Ba'alawi, kemungkinan besar akan kualat PIQ dan Ribath Almurtadla.

نعوذ بالله من ذلك (Na'uudzubillaahi min dzaalik). Artinya, “Kita berlindung diri kepada Allah dari hal itu.”

Sikap yang benar bagi keluarga besar PIQ & Ribath Almurtadla itu, adalah mencintai dan mengikuti ajaran para habaib yang istiqamah di dalam mengamalkan syariat Islam dan aqidah Aswaja.

Sedangkan jika melihat ada dari kalangan Habaib Ba'alawi yang perilakunya keluar dari ajaran Syariat dan Aqidah Aswaja, maka hendaklah menilainya sebagai Oknum-Oknum yang perilaku sesat maupun aqidah mungkarnya harus dilawan dan haram diikuti, serta mengajak pelakunya untuk bertobat kepada Allah.

Seperti juga jika melihat perilaku buruk atau jahat dan bertentangan dengan ajaran Syariat Islam, yang dilakukan oleh oknum Dzurriyah Walisongo, atau Kyai, Gus, Lora, Ajengan, Ustadz, Tuan Guru, Abuya, Abati, dan sebagainya, maka wajib dilawan dan haram mengikutinya, serta mengajak pelakunya untuk bertobat kepada Allah.

Hati-Hati Akibat Kualat Pesantren

Akibat kualat pesantren itu umumnya macam-macam bentuknya, semisal antara lain:

1.Sulit menikah’ 2. Sudah menikah tapi sulit punya keturunan; 3. Punya keturunan tapi anaknya nakal-nakal tidak taat agama; 4. Pergaulan orang yang kualat pesantren itu jauh dari pergaulan orang-orang shaleh dan dekat dengan komunitas orang-orang fasik dan jahat.

5.Rezekinya seret dan sempit; 6. Cita-citanya tidak tercapai, misalnya ada yang mencalonkan diri menjadi pejabat, atau melamar pekerjaan, maka tidak pernah berhasil dan selalu gagal; 7. Rumah tangganya amburadul.

8.Malas ibadah kepada Allah; 9. Malas mengamalkan sunnah-sunnah Nabi (syariat); 10. Lebih senang menggeluti dunia kemaksiatan; 11. Lebih dekat dangan masyarakat abangan; 12. Terkucilkan dari keluarga besar pesantren;

13.Durhaka kepada pengasuh pesantren, guru dan orang tua; 14. Lebih senang mendukung kedhaliman; 15. Dan macam-macam keburukan hidup yang lainnya.

Orang yang berilmu syariat secara baik dan benar, tentu tidak terlalu terpengaruh dengan permasalahan nasab yang dapat mengotori hati nurani yang bersih dan suci.

Ayoo.. belajar mendalami ilmu syariat yang telah diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk diamalkan oleh seluruh umat Islam. Yaitu ilmu syariat yang mengajarkan bahwa mengingkari, mencaci dan membully nasab orang lain itu hukumnya haram.

Dengan memahami ajaran syariat secara baik dan benar, serta membuang egoisme dan fanatisme pribadi, maka dapat menghilangkan keragu-raguan terhadap nasab baik dari kalangan ulama Dzurriyah Walisongo maupun nasab para habaib Ba'alawi, serta nasab-nasab baik lainnya, hingga dapat mengikuti ajaran mereka, agar tetap berjalan di atas rel-rel syariat serta aqidah (garis lurus).

على الصراط المستقيم ('Alas shiraatil mustaqiim). Artinya, “Di atas jalan yang lurus.”

Jika ada santri yang berpikiran macam-macam yang tidak steril dari pemahaman negatif, tentu akan mengarah kepada perkara yang negatif pula, termasuk akan timbul sentimen terhadap nasab pihak lain.

Tapi bagi santri yang ikhlas dalam mengamalkan ajaran ulama salaf, yang diajarkan oleh para guru pesantren, maka hatinya akan tetap bersih dan insya’ Allah akan selalu dibimbing oleh Allah ke arah lingkungan serta pergaulan yang bersih pula. (*)