Rahasia Petunjuk Allah

Buah simalakama yang ditelan sudah telanjur nyangkut di tenggorokan. Jika si Anak Ingusan itu dimuntahkan, takut "kualat" kepada Sang Bapak yang sudah memberikan hadiah kemenangan, walau dengan cara curang.

Oleh: Hamka Suyana, Motivator Manajemen Sasyuik

SESUNGGUHNYA, setiap saat Allah selalu memberikan petunjuk kepada setiap manusia untuk meraih Sukses terhadap yang diinginkan.

Petunjuk Allah, datangnya selalu, "Spontan", bukan direncanakan dan tidak bisa diduga sebelumnya dan momentumnya berlangsung Sekilas, setelah itu akan segera berlalu.

Datangnya petunjuk Allah, melalui Nurani. Tidak melalui Logika, apalagi melalui Nafsu.

Beruntunglah bagi yang mendapat petunjuk Allah melalui Nurani kemudian secara Spontan segera Dieksekusi tanpa ikut campur tangan Logika untuk mempertimbangkan.

Ketahuilah, bahwa semua suksesor dunia menemukan penemuan spektakuler yang bermanfaat abadi sepanjang zaman, berkat segera mengeksekusi petunjuk yang datang secara Spontan.

Contohnya, Sir Isac Newton menemukan Hukum Gravitasi dari kejadian sepele dan Spontan setelah menyaksikan di depan matanya, "Buah Apel Yang Jatuh dari Pohonnya".

Newton menggunakan Nurani untuk merespon.

Andaikata waktu itu Newton menggunakan Logika apalagi Nafsu untuk merespon kejadian sepele buah apel jatuh dari pohon, niscaya Newton tidak akan menemukan Hukum Gravitasi.

Bahan Renungan

Waspadalah terhadap petunjuk Allah yang datang Spontan dan dianggap sepele. Dari yang disepelekan itu, bisa jadi tersimpan kunci kesuksesan Anda.

Dalam hal politik pun berlaku teori di atas. Misalnya, ada seorang tokoh yang sangat ambisius ingin dikukuhkan menjadi pemimpin. Padahal ia sudah dua kali gagal mewujudkan ambisinya. Kemudian ketika terbuka kesempatan, ia mencoba peruntungan untuk yang ketiga kalinya.

Sesungguhnya, Allah sudah memberikan sinyal kemenangan melalui tokoh politik yang mendekat dan merapat kepadanya selama setahun. Tokoh tersebut merapat karena berharap agar digandeng untuk menjadi pendampingnya.

Namun karena Sang Ambisius dominan fungsi Otak Kiri, yakni mempertimbangkan dengan matang, maka ia lebih memilih menggandeng Anak Ingusan (yang belum cukup umur berdasar undang-undang) untuk mendampinginya.

Pertimbangannya tampak sangat logis, yakni karena berdasarkan pertimbangan sangat matang, Si Anak Ingusan adalah "Putra Mahkota" seorang penguasa yang dikenal lihai menyulap keadaan bisa sesuai dengan selera kekuasaannya.

Sayang seribu sayang, Sang Ambisius telanjur makan nasi yang sudah menjadi bubur. Tidak diduga, ternyata Si Anak Ingusan yang mendampinginya, menyimpan rekaman kelakuan masa lalunya yang kemudian terbongkar menjadi viral.

Dengan terang-benderang mencoreng-moreng dengan arang hitam ke wajah Sang Ambisius.

Dampak menyakitkan yang akan dialami Sang Ambisius adalah tekanan batin yang "ruuuaar binasa".

Buah simalakama yang ditelan sudah telanjur nyangkut di tenggorokan. Jika si Anak Ingusan itu dimuntahkan, takut "kualat" kepada Sang Bapak yang sudah memberikan hadiah kemenangan, walau dengan cara curang.

Akan tetapi, jika ditelan, akan merontokkan isi perut yang membuatnya bakal binasa.

Pada saat penetapan "anak ingusan" sebagai cawapresnya Sang Ambisius, saat itu saya termasuk orang yang bersyukur karena pratanda kegagalan Sang Ambisius semakin besar, di mana peran Si Anak Ingusan adalah penyokong terbesar faktor kegagalan Sang Ambisius.

Waktu itu saya tidak tahu skenario Allah yang akan terjadi, tapi berdasarkan kemunculan pratanda, haqul yakin Sang Ambisius akan gagal lagi.

Skenario Allah terjadi di luar dugaan manusia, bahkan terbetik dalam hati pun tidak, bahwa Detik Lengah Si Anak Ingusan itu adalah jejak digital akun KasKus Fufufafa.

Fufufafa dilantik atau tidak, berdasarkan kemunculan pratanda, pada akhirnya, ia pasti gagal menjadi wapres.

Meski saat ini yang disorot Fufufafa agar tidak dilantik, namun Sang Ambisius dan Fufufafa sebagai presiden dan wapres terpilih bagaikan dua sisi mata uang.

Jika halaman sebelah tidak laku, maka halaman satunya tidak akan laku pula. (*)