Merdeka dalam Perspektif Islam dan Kemerdekaan Bangsa Indonesia

Perubahan ini harus dimulai dari diri sendiri – dengan memperbaiki hubungan kita dengan Allah, meningkatkan ibadah, dan memperkuat iman. Dari sini, perubahan akan meluas ke lingkup pada keluarga, di mana kita berperan dalam mendidik generasi yang berakhlak mulia dan cinta tanah air.

Oleh: Guntur Surya Alam, Dokter SpB, Sp BA (K) Dig, MPH, FICS

MERDEKA berarti bebas dari belenggu penjajahan, terlepas dari ketergantungan serta pengaruh asing, dan terbebas dari beban hutang besar yang mengekang kemandirian bangsa. Dalam Islam, konsep kemerdekaan tidak hanya terbatas pada kebebasan fisik, tetapi juga mencakup kebebasan rohani, yang diuraikan dengan indah dalam surat Al-Fath.

Surat Al-Fath, yang berarti “kemenangan” atau “pembukaan,” menggambarkan janji Allah kepada orang-orang beriman tentang kemenangan yang sempurna. Ayat ini mengingatkan kita bahwa kemerdekaan sejati adalah ketika kita mampu membebaskan diri dari segala bentuk dosa dan kekhilafan masa lalu, serta berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan di masa depan.

Melalui momentum kemerdekaan, kita harus memastikan diri kita berada dalam keadaan terampuni, senantiasa memperbanyak istighfar, dan berada di jalur yang benar, dalam arti selalu mendekatkan diri kepada Allah.

Kehidupan yang merdeka adalah kehidupan yang seimbang antara dunia dan akhirat, jasmani dan rohani. Merdeka berarti selalu merasa cukup atas nikmat Allah, sehingga tidak terjebak dalam keserakahan duniawi.

Merdeka berarti senantiasa mendapatkan hidayah dan tuntunan dari Allah dalam setiap aspek kehidupan, serta kemampuan untuk menjalankan kebaikan dan menjauhi kemungkaran. Kemerdekaan juga berarti selalu mendapatkan pertolongan Allah dalam menghadapi tantangan kehidupan, serta diberi kesempatan untuk terus mendekatkan diri kepada-Nya.

Dalam konteks bernegara, semangat kemerdekaan harus mendorong kita untuk membangun bangsa yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian luhur. Hal ini berarti kita harus berjuang untuk melepaskan diri dari segala bentuk penjajahan modern, seperti dominasi ekonomi atau budaya asing, yang dapat merusak identitas dan jati diri bangsa.

Sebagai individu, keluarga, dan masyarakat, kita harus berusaha untuk tetap menjadi lebih baik, mengutamakan akhlak dan moralitas, serta terus berinovasi demi kemajuan bersama.

Semangat Kemerdekaan untuk Perubahan dan Perbaikan

Momentum kemerdekaan ini seharusnya menjadi titik tolak bagi kita untuk melakukan introspeksi dan memulai perubahan yang positif. Sebagaimana surat Al-Fath yang menandakan awal dari era baru bagi umat Islam, kemerdekaan bangsa Indonesia juga harus dimaknai sebagai kesempatan untuk memulai lembaran baru yang lebih baik.

Perubahan ini harus dimulai dari diri sendiri – dengan memperbaiki hubungan kita dengan Allah, meningkatkan ibadah, dan memperkuat iman. Dari sini, perubahan akan meluas ke lingkup pada keluarga, di mana kita berperan dalam mendidik generasi yang berakhlak mulia dan cinta tanah air.

Kemudian, dalam skala yang lebih luas, kita berkontribusi untuk kemajuan agama dan bangsa, dengan cara berperan aktif dalam pembangunan dan menjaga persatuan serta kesatuan negara.

Merdeka bukan hanya sebuah status, tapi sebuah proses berkelanjutan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan bermakna. Dengan bimbingan Allah, semangat kemerdekaan akan membawa kita menuju kehidupan yang diridhai-Nya, serta masa depan yang gemilang bagi diri kita, keluarga, agama, dan negara.

Semoga tulisan ini dapat menyemangati dan menginspirasi perubahan ke arah yang lebih baik, sejalan dengan semangat kemerdekaan dan ajaran Islam.

Disarikan dari pengajian bakda subuh yang disampaikan Ustadz Muhammad Nur di Masjid Ar Rauf Sendangadi, Mlati, Sleman, Jogjakarta, Ahad 6 Shafar 1446 H. (*)