Jokowi Biang Kerok Kegaduhan

BUKAN Joko Widodo atau Jokowi namanya, jika tidak membuat kegaduhan. Presiden yang mestinya memberikan kenyamanan dan kesejukan kepada rakyatnya, malah hampir rutin membuat kegaduhan dan keonaran.

Beberapa hari belakangan, Jokowi yang pernah menjanjikan pertumbuhan ekonomi meroket, kembali membuat gaduh rakyat. Ia melakukan itu saat umat Islam memasuki bulan Ramadhan 1444 Hijriah.

Gaduh! Itulah yang Jokowi lakukan. Tidak ada hujan dan angin, tiba-tiba ia mengeluarkan larangan berbuka puasa bersama selama Ramadhan 1444 Hijriah.

Alasan larangan yang tertuang dalam surat Sekretaris Kabinet Republik Indonesia Nomor: 38/Seskab/DKK/03/2023 perihal arahan terkait penyelenggaraan buka puasa bersama, karena Indonesia masih dalam transisi pandemi COVID-19 (Coronavirus Disease 2019) menuju endemi.

Setelah menuai kritik dari masyarakat, terutama tokoh agama, Jokowi pun meralatnya. Larangan berbuka puasa bersama itu hanya berlaku di kalangan aparatur pemerintah (TNI, Polri, ASN/Aparatur Sipil Negara dan BUMN/Badan Usaha Milik Negara). Masyarakat dipersilahkan buka puasa bersama. Akan tetapi, larangan tersebut sudah keburu menimbulkan kegaduhan.

Alasan melarang buka bersama itu tidak masuk akal. Sebab, sebelumnya sudah banyak pertunjukan musik, pertandingan sepakbola, pesta pernikahan (baik di ruang tertutup dan terbuka) digelar dengan jumlah massa ratusan, ribuan dan bahkan puluhan ribu orang.

Aneh! Ya, Jokowi manusia aneh. Kalau bukan membuat gaduh, yang bisa dilakukannya adalah menyebarkan ucapan atau janji bohong.

Anda tidak percaya! Silahkan saja. Akan tetapi, banyak fakta kebohongan yang diucapkan Jokowi. Tidak mau impor beras, nyatanya saat petani panen padi, justru Jokowi mengizinkan impor. Tidak mau pinjam, nyatanya utang luar negeri semakin menggunung.

Tidak menggunakan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) membiayai pembangunan ibu kota negara baru, nyatanya...? Masih berderet-deret lagi ucapannya yang tidak benar. Sehingga banyak yang mengatakan, "Jika Jokowi mengatakan ke atas itu berarti ke bawah. Jika ia mengatakan A, itu artinya Z."

Membuat gaduh seakan hobinya. Atau bisa jadi kegaduhan itu sengaja dibuat untuk menandai orang yang kritis terhadapnya. Atau hal itu dilakukan supaya para pendengung yang dikenal buzzerRp mendapatkan order dan pekerjaan. Sebab, setiap ucapan dan tingkah-laku Jokowi yang tidak benar, pasti dibela mati-matian oleh para pendukungnya, terutama lewat buzzer yang aktif menulis melalui medsos.

Hampir tiap hari kegaduhan terjadi dalam pemerintahan Jokowi. Anda tidak percaya! Silahkan buka google. Jika tidak Jokowi sendiri yang membuat gaduh, ya siapa lagi kalau bukan menterinya.

Gaduh! Bahkan Jokowi dan para pembantunya cenderung membuat keonaran di tengah masyarakat. Tiap hari sesama anak bangsa diadu-domba.

Tiap hari rakyat "perang" di medsos (media sosial). Mengerikan, karena bisa jadi perang medsos itu menjadi bibit perang fisik, pertumpahan darah dan kerusuhan sosial.

Entah kenapa Jokowi dan jajarannya berprilaku seperti itu. Entah dari mana tabiat itu menular.

Terakhir, Jokowi membuat gaduh lagi. Ia pasang badan terhadap Tim Nasional Israel dalam Piala Dunia U-20 tahun 2023. Ia menyebutkan, tidak ada kaitannya dengan sikap politik luar negeri Indonesia terhadap Palestina.

Bikin gaduh lagi. Padahal, Indonesia yang mayoritas berpenduduk Islam jelas menolak kehadiran Timnas negara Yahudi itu. Bahkan, Bali yang mayoritas Hindu menolaknya lewat surat gubernur Pulau Dewata itu.

Kenapa ditolak? Karena negara zionis itu terus menjajah Palestina, tiap hari membunuh rakyat Palestina. Penolakan rakyat Indonesia terhadap Timnas Israel, rasanya sejalan dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, " Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan ." Jadi bukan karena pesan Soekarno!

Akhirnya, Indonesia pun batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Akan tetapi, bukan karena penolakan rakyat Indonesia. Melainkan, alasan tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang suporter sepakbola. *